Generasi Jalan Kaki

Generasi Jalan Kaki

Dia dari generasi jalan kaki
Image: Tri Le @Pixabay

Dia pribadi yang tumbuh dan berkembang pada suatu masa yang sangat menyenangkan. Walaupun tentu saja bukan tanpa konflik atau masalah yang berujung luka batin kata orang. hehehe…

Dia adalah bagian dari generasi yang berjalan kaki ke dan dari sekolah setiap harinya. Beramai-ramai, bergerombol dan riuh dengan banyak cerita. Cerita yang selalu beda tentu saja ketika pagi dan pas pulang ke rumah di siang hari. Kala itu jam untuk berada di sekolah adalah saat yang paling dinantikan, entah itu pagi sampai siang untuk pelajaran reguler ataupun sore hari untuk les tambahan.

Pada masa itu dia mengenal hampir semua yang seumuran, bahkan kalaupun bukan dari sekolah yang sama.

Bisa bergaul dan bermain dengan siapa saja. Masa dimana pertemanan tidak dibatasi pagar sekolah (karena juga pagarnya masih pagar hidup yang mudah saja dilewati) apalagi kondisi ekonomi keluarga; semua orang bisa menjadi teman. “Anak baru” akan mudah terdeteksi biasanya dan semua orang akan berusaha menjadi tuan rumah yang baik.

Masa itu sepertinya semua orang terhubung dengan cara yang alami, kalau bukan satu turunan maka besar kemungkinan orang tua mereka saling  kenal. Konspirasi untuk memanipulasi kegiatan sekolah untuk kenakalan-kenakalan kecil adalah mustahil. Kalaupun sukses saat ini, maka yakinlah esok hari lebam di paha adalah kewajaran yang patut ditertawakan.

Dia adalah bagian dari generasi dimana orang tua adalah segalanya. Semua yang dikatakan oleh orang-orang tua adalah kebenaran yang sulit dibantah, kalaupun kemudian ada kekeliruan yang disadari hadir maka itu hanya soal waktunya saja yang salah. Orang yang lebih tua memiliki segudang ilmu dan pengalaman tentang dunia nyata dan dunia gaib, jadi tidak usah berdebat. Buang waktu.

Keputusan-keputusan yang diambil pada masa itu juga sebagian besar adalah keputusan para orang tua. Bukan tanpa pemberontakan tentunya. Tetapi pemberontakan itu hanya berujung kenakalan yang masih mudah dikendalikan oleh lingkungan sosial. “Polisi”nya banyak, tersebar merata di empat penjuru mata angin.

Dia adalah bagian dari generasi yang melihat alam adalah tempat bermain yang luas dan ramah.

Semua tersedia di alam, yang diperlukan hanya kreativitas untuk memanfaatkan semua bahan baku yang ada. Kecepatan lari yang dipadukan dengan strategi untuk menang bisa didapatkan dari berbagai jenis permainan; sebut saja, main benteng, main orang gila, main tenggara. Untuk keseimbangan ada tali merdeka, bergantungan di pohon (kopi atau jambu) dalam waktu tertentu dengan risiko jatuh yang lumayan bikin ngilu. Kemampuan manajerial didapat dari main masak; main rumah-rumahan dengan pembagian tugas yang jelas dan risiko hukuman berat dari mama karena peminjaman alat dapur tanpa ijin. Pengetahuan umum didapat dari kebiasaan mengisi buku Teka Teki Silang (TTS) yang dibeli patungan atau bergilir tergantung siapa yang saat itu dapat rezeki lebih dari saudara yang berkunjung. Karena kalau mengharapkan kelebihan uang jajan rasanya seperti sedikit menyakitkan hehehe.

Dia adalah bagian dari generasi yang dibesarkan dengan melihat budaya gotong royong sebagai sebuah kegiatan yang ditunggu-tunggu. Ramai sekali membersihkan lingkungan pada hari Jumat, melihat para orang tua mempersiapkan, meramaikan dan membereskan sebuah acara dengan sukacita. Ikhlas  dan akrab. Dia mengenal hampir semua orang di lingkungannya, bahkan yang berkilo-kilo meter jauhnya. Setiap orang memiliki kehidupan pribadi yang diketahui banyak orang  tanpa penghakiman berlebihan. Seingatnya, ketika ada perselisihan pun generasi mereka dan para orang tua saat itu akan menyelesaikannya “tanpa suara”. Tiba-tiba saja semua sudah kembali tertawa bersama.

Dia dibesarkan pada masa dimana, membuang sampah tidak pada tempatnya adalah aib. Ini berlaku untuk sampah fisik dan non fisik.

Hukuman-hukuman ringan sampai berat sudah disiapkan untuk para pemilik sampah berserakan itu, yang ketahuan maupun tidak. Asal ada sampah yang tidak pada tempatnya maka semua akan dihukum untuk membersihkan. Sampah yang dibuang  sembarangan akan berakibat pada mencuci WC/KM diluar jadwal, predikat sebagai orang/kelas/lingkungan terjorok atau mengumpulkan sampah dalam lingkup  yang lebih luas. Terornya adalah saat harus memungut sampah pada jam-jam dimana jiwa tebar pesona seharusnya mendapatkan tempat. Pilihan tebar pesona yang buruk adalah saat mendapatkan hukuman karena ketahuan membuang sampah tidak pada tempatnya.

Ini juga berlaku untuk sampah-sampah dari mulut. Dia berasal dari generasi dimana sangat tidak mudah untuk mengetahui aib orang, karena setiap orang dan keluarga punya mekanisme pertahanan diri yang luar biasa. Asumsi dan spekulasi pasti berkembang tetapi tidak berlarut karena semua soal biasanya selesai dengan sendirinya. Tidak ada yang diberi ruang bergunjing terlalu lama tentang orang lain. Tidak sopan, itu penekanan yang selalu disampaikan.

Jaman berubah, kebiasaan-kebiasaan juga banyak yang berubah. Pergeseran budaya adalah sesuatu yang lumrah. Terkaget-kaget dan kagok dengan pergeseran atau perubahan juga adalah sesuatu yang wajar. Beda generasi, beda pola.

Dia berasal dari generasi yang sebagian besar telah menjadi orang tua saat ini.

Menyesuaikan diri dan berdamai dengan keadaan atau terasing dalam perjalanan adalah pilihannya, sambil berharap bahwa hal dan kebiasaan baik masih sama standarnya.

Walaupun jalan kaki beramai-ramai ke sekolah sudah digantikan dengan antar jemput dan kerja kelompok lebih sering dilakukan secara virtual, dia tetap berharap nilai keakraban dan persahabatannya masih sama. Latihan keseimbangan agak susah dilakukan dengan bergelantungan dipohon kopi lagi sekarang, setidaknya olahraga di gym atau di rumah masing-masing tetap bisa bikin sehat dan seimbang jiwa raga.

Demokrasi yang sudah masuk ke dalam setiap rumah dengan hak pribadi yang sudah sangat dihargai untuk sebuah keputusan, semoga saja tidak melunturkan rasa hormat dan sopan santun kepada yang lebih tua dan orang tua.

Dia adalah bagian dari generasi yang jajan paling populernya adalah snack Cup-Cup yang pedis-pedis nagih itu dan pisang goreng di kantin sekolah. Generasi yang belajar kata-kata dalam bahasa Inggris dari lagunya New Kids on The Block, yang saya coba dengarkan kembali sambil menulis catatan ini lalu bergumam, “Sekarang jalan kaki itu olahraga dan segala sesuatunya harus disiapkan secara khusus”

Salam dari Borong

Komentar