Sampah, Mantan, Koruptor, dan Mars

Sampah, Mantan, Koruptor, dan Mars

Flores itu indah dari ujung ke ujung. Kami orang Flores sering menyombongkan keindahan itu dengan bilang bahwa, Flores adalah potongan surga yang jatuh ke bumi.
Semua tempat di Flores bisa menjadi spot foto cantik.
Bahkan jika yang jadi model kurang cantik atau ganteng pun, alam Flores tetap akan menjadikannya luar biasa menarik.
Coba saja.

Karena alamnya yang indah, bisa jadi spot foto yang bagus dan sesuai dengan permintaan media sosial, maka hampir semua tempat adalah obyek wisata.
Pernyataan ini mungkin terdengar berlebihan, tetapi ini bisa dibuktikan dengan banyaknya orang yang berfoto ditempat-tempat yang sepertinya “biasa saja” sebelum media sosial mewabah.
Efek lanjutannya bukan hanya tentang banyaknya hastag Flores, Manggarai, Matim, Mabar dan seterusnya; tetapi juga sampah.

Sampah menjadi masalah klasik yang mengikuti perkembangan jaman dan media sosial serta klaim Flores sebagai potongan surga tadi.

Hampir disemua tempat yang menjadi obyek wisata dan/atau sekedar persinggahan, sampah bersaing banyaknya dengan rumput. Sampah bekas minuman dan makanan terutama. Kalau diperhatikan, di sekitarnya sudah disediakan tempat sampah tetapi tetap saja alam dipandang sebagai tempat sampah nan luas yang sepertinya harus dikotori.
Paradoks tentang ketersediaan kata teman saya dalam tulisannya sebelum ini.
Enteng benar membuang sampah setelah mengambil keindahan alam sebagai latar untuk terlihat bagus di media sosial.
Pencitraan tetap menjadi yang utama. Sayangnya citra sebagai surga yang indah dan bersih gagal dibuktikan.
Beberapa diskusi berat sudah pernah bergulir tentang sampah (plastik dan medis) yang akan menjadi persoalan ikutan dari Covid-19 dan penanganannya.

Semua orang menjadi ahli disini. Tetapi saya pikir ini terlalu jauh dan berat.

Ada orang-orang yang lebih kompeten untuk berpikir dan berdiskusi tentang persoalan ini.
Kita yang keahliannya biasa-biasa saja kenapa tidak buka sesi diskusi dengan tema yang lebih ringan? Misalnya tentang budaya membuang sampah pada tempatnya yang makin kesini semakin hilang.

Atau diskusi tentang bagaimana memperkenalkan kepada anak-anak yang namanya tempat sampah itu yang mana.
Atau diskusi untuk memperkenalkan kepada kaum bucin, tips dan trik membedakan sampah dan mantan.
Yang jaman sekolahnya masih selalu harus pungut sampah di halaman sekolah pasti saat ini adalah yang paling gemas melihat orang buang sampah sembarangan.

Untuk yang hukuman karena terlambat atau belum mengerjakan tugasnya adalah membuat prakarya dengan tulisan indah “Buanglah Sampah pada Tempatnya”; sekarang mungkin adalah yang suka nyinyir liat orang buang sampah di sungai. Generasi yang lebih baik disuruh lari keliling lapangan daripada dapat hukuman mengumpulkan tempat sampah karena ketahuan membuang sobekan hasil ulangan di got depan sekolah, sekarang ini pasti lagi senyum-senyum karena sebentar lagi ultah kepala 4 atau lebih.
Para pemantik diskusi jaman sekarang, sepertinya lebih suka topik-topik berat tentang politik dan bagaimana menjadi pahlawan ditengah kemajuan peradaban.
Jarang sekali ada diskusi serius yang melibatkan semua unsur tentang perilaku membuang sampah tidak pada tempatnya.
Kalau mau dikait-kaitkan sebenarnya bisa saja.

Koruptor adalah sampah masyarakat yang harus dibuang ke penjara; tema diskusi para aktivis.

Mantan adalah sampah yang harus segera dibuang dan jangan sampai didaur ulang karena berpotensi konflik; tema diskusi para milenial.
Halusinasi dan khayalan berlebih adalah sampah jiwa yang harus dihancurkan supaya hidup bisa lebih tenang; diskusi kaum baby boomers dimasa pandemi
Bergosip dan iri hati adalah sampah pergaulan yang berpotensi menimbulkan perang yang lebih besar dari Perang Teluk jaman Sadam Husein; tema diskusi emak-emak pas belanja dikios.
Tetapi tentu saja topik-topik diatas tidak menjual di media massa ya….

Yang real adalah, jaman sekarang sudah tidak ada lagi lomba kebersihan antar kelas.
Anak-anak, bahkan orang dewasa, melihat rumput hijau adalah sahabat buat sampah plastik yang mereka buang begitu saja setelah isinya dipakai.
Sekarang ini lebih mudah meminta orang berpose daripada meminta mereka memungut sampah yang baru saja dia buang di lantai.
Sistem pendidikan dalam rumah dan sekolah untuk soal sampah sepertinya perlu kembali ke jaman 20 tahun yang lalu kalau menurut saya. Tertib sekali semua orang membuang sampah pada tempatnya waktu itu.

Semua berlomba menjadikan rumah dan lingkungannya nyaman tanpa sampah.
Sekarang ini, berlomba menjadi yang paling cantik, ganteng dan seksi di media sosial, tetapi latar belakangnya sampah plastik.
Berlomba dan berkhayal jalan-jalan ke Mars saat liburan…..

Andai ini bisa dibayar pake akumulasi sampah yang dibuang sembarangan, akan banyak orang kita yang bisa kesana.

Salam dari Borong

Komentar