Berhenti di Saya

Berhenti di Saya

Setiap orang pasti punya cerita dan versinya sendiri; tentang apapun. Demikian pun setiap orang memiliki kebutuhan untuk membagi ceritanya; ini naluri. Apakah dibagi seutuhnya atau hanya sebagian, tentu ini pilihan personal. Selanjutnya adalah pilihan kemana atau kepada siapa cerita dibagi. Pilihan teman bercerita akan sangat berpengaruh pada cara pandang, cara pikir dan akhirnya pada sikap dan tindakan setelahnya. Apalagi kalo yang akan ceritakan adalah “soal”. Banyak kisah tentang hal-hal “biasa” yang kemudian menuai reaksi luar biasa karena berbagi dengan orang yang salah atau ditempat yang tidak pas.

“Ah, tentu tidak salah. Siapa suruh cerita? Yang sebelah kan hanya urun pendapat, klo ternyata itu menuai reaksi aduhai, ya…….siapa suruh cerita kesitu”

Reaksi umum mungkin akan demikian ketika menanggapi kehebohan yang ditimbulkan dari sebuah cerita ”biasa”.

Saya mengenal seseorang yang selalu mengingatkan untuk diam saja ketika ada soal, tidak perlu banyak cerita. Duhhhhh…ini sulit. Apalagi sebagai perempuan, menahan cerita sendiri itu seperti menahan kentut. Tersiksa itu pasti, ada yang lolos lewat aroma atau bunyi terhimpit itu lumrah. Mungkin disinilah peran pilihan teman cerita menjadi penting.

Lingkungan membentuk pribadi.

Ada sebuah kutipan yang menurut saya keren. Penting untuk memilih bergaul dengan siapa karena cepat atau lambat kita akan berubah mengikuti karakter kawanan. Ada beberapa artikel yang bisa menjelaskan  hal dan kondisi ini secara ilmiah. Tentang bagaimana otak manusia akan berkembang sesuai keadaan lingkungannya.

Bergaul dengan sebanyak-banyaknya orang, tetapi tidak perlu bercerita kepada semua orang. Perluas lingkungan bermain tetapi percayakan pikiranmu hanya kepada mereka yang tahu caranya bergerak maju. Bertemu, bercanda, bertukar informasi adalah kebutuhan. Tetapi tidak semua orang perlu tahu detail kebutuhan, ceria dan laramu.

Selain karena setiap orang punya ceritanya sendiri, banyak hal yang lebih indah ketika disimpan sendiri. Terkadang cukup untuk menikmati cerita hari ini dan kemarin sambil ngopi dan mendengarkan Martina McBride bernyanyi. Biarkan pikiran itu melayang, menikmati cerita dan efeknya pada rasa; hanya untuk sendiri. Karena diri adalah yang paling paham.

Pernahkan merasa terjebak dalam cerita orang lain? Terjebak dalam cerita dan berita yang sepertinya “tidak pas” bahkan berpotensi konflik. Merasa menjadi bagian dari cerita secara utuh dan karenanya merasa perlu untuk bereaksi. Menentukan reaksi lalu aksi untuk cerita seperti ini tidaklah mudah.

Berhenti disaya mungkin adalah salah satu pilihan bijak.

Cara yang soft untuk menghentikan reaksi luar biasa tentang hal-hal yang awalnya biasa saja. Salah satu nikmat yang tidak mungkin didustakan di era digital ini adalah menemukan orang yang pas untuk berbagi cerita. Namun terkadang, kebutuhan untuk didengar membuat cerita bertabur bumbu berlebih.  Bahaya ketika diteruskan; kemungkinan akan banyak yang sakit perut. Untuk yang seperti ini, pilihan bijaknya adalah berhenti disaya saja. Tidak meneruskan cerita kemana-mana apalagi ditambahkan dengan bumbu penyedap.

Masing-masing kita punya cerita dan kebutuhan untuk berbagi. Selektif adalah langkah bijak. Selektif bukan hanya soal cerita mana yang dibagi dan kepada siapa kita berbagi. Tetapi juga tentang membuka telinga untuk medengar dan menutup mulut rapat lalu membuang cerita itu kesalah satu bagian di otak yang disebut tempat sampah.

Salam dari Borong

One comment

Komentar