Menang, Kalah dan Sombong

Menang, Kalah dan Sombong

Banyak jenis pertandingan yang sedang berlangsung sekarang ini. Covid-19 yang sudah berlalu  membuat segala jenis perlombaan kembali ramai dipertandingkan.Persiapan, pelaksanaan dan hasil akhir pertandingan sudah pasti menyenangkan dan melibatkan banyak orang. Tujuan yang ingin dicapai juga sama yaitu kemenangan. Apapun bentuk dan jenis lombanya.

Menang dan kalah adalah kepastian dalam sebuah pertandingan

Sudah pasti yang ingin diraih adalah kemenangan, tidak ada orang/tim yang maju dan bertanding tanpa berorientasi pada kemenangan. Segala bentuk persiapan dilakukan merujuk pada satu tujuan saja; menang. Jarang sekali ada persiapan untuk kalah. Kekalahan biasanya menumbuhkan rasa malu, menimbulkan luka, menerbitkan kemarahan, dan sering berujung pada kericuhan. Jarang sekali orang bisa menerima kekalahan, karena emang tidak enak dan tidak dipersiapkan.

Idealnya dalam setiap persiapan sebelum bertanding, konsep menang kalah yang dirangkum dalam semangat sportivitas sudah ditanamkan dalam diri dan/atau tim.

Lomba adalah sebuah cara untuk menghargai potensi yang ada dalam diri seseorang; terutama anak-anak. Memiliki kemampuan atau kebolehan pada bidang tertentu dan kemudian ikut dalam sebuah kompetisi merupakan sebuah ucapan terima kasih dan penghargaan pada diri. Baiknya sih tidak dinodai dengan kemarahan akibat kekalahan. Pertandingan hanya sarana, penghargaan terhadap kemampuan adalah tujuannya.

Tidak perlu terlalu ngotot mempersiapkan kemenangan, bertanding sebagai bentuk penghargaan pada diri dan kemampuan itu keren. Karena euphoria kemenangan tidak butuh latihan, yang sulit itu menyiapkan mental untuk menerima ada orang/tim yang lebih baik. Tidak ada kekalahan yang enak, itulah sebabnya dia butuh persiapan lebih. Belum banyak juga panitia yang menyiapkan penghargaan untuk semua peserta lomba. Piala, piagam dan pujian hanya disiapkan untuk yang menang. Cemoohan, sindirin dan umpatan adalah hasil akhir yang diterima saat kalah.  

Berdasarkan pengamatan tanpa penelitian ilmiah, kekalahan biasanya selalu diawali kesombongan. Sombong dalam KBBI artinya menghargai diri secara berlebih. Sesuatu yang berlebih kan emang selalu  tidak asik kan, apalagi soal diri.

Wujud kesombongan macam-macam.

Tidak membuka ruang diskusi dan cenderung menjadi otoriter karena merasa diri palling bisa dan berpengalaman adalah salah satu contohnya. Bicara tanpa jeda mendengar karena merasa isi kepala dan ceritanya paling komplit juga adalah bentuk lain kesombongan. Menghakimi keputusan dan hidup orang lain karena merasa paling tau Tuhan pung mau-mau; padahal kalau dipanggil bertamu ke surga juga belum tentu mau. Hehehe. Menolak segala bentuk nasihat dan obrolan karena merasa paling paham jaman yang sedang berjalan; paling up to date, bahkan berpikir untuk mengkudeta peran para orang tua dengan alasan oldish. Ngotot meyakinkan sekitar bahwa “saya tidak sombong” sepertinya juga bentuk kesombongan yang lain; butuh diakui sebagai yang paling rendah hati. Merasa lebih baik dan hebat sebagai pribadi akan cenderung meremehkan arti hadir orang lain.

Kesombongan biasanya berkawan karib dengan ambisi; hasrat/nafsu berlebih untuk mencapai sesuatu. Kolaborasi keduanya akan menyajikan laga yang membosankan untuk penonton. Ambisi berlebih akan membuat para petarung kehilangan nikmatnya moment bertanding. Bergerak lincah menuju puncak, yakin akan tepuk riuh diujung pertandingan, lupa menyajikan skill keren sepanjang jalan tanding. Ketika puncak tidak diraih, sibuk berkelit mencari kerikil dan batu untuk disalahkan. Klasik.

Kesombongan tidak akan membawamu kemana-mana.

Tarian Caci
Tari Perang Caci

Mental juara tidak ditempa dengan kesombongan tetapi kerendahan hati. Petarung sejati tidak pongah mendongak ditengah arena. Para pejuang hebat akan bersiap dalam diam, berlaga dengan indah dan bersorak sama riuh untuk kemenangan dan kekalahan. Hanya para pejuang sejati yang bertarung dengan persiapan yang imbang untuk menang dan kalah. Petarung sesungguhnya memberi penghargaan lebih pada proses dan jalannya pertandingan serta memberikan kepuasan untuk yang berdiri mendukung dipinggir lapangan.

Pertandingan hidup terjadi setiap hari. Bersiap selalu untuk hal baik dan buruk yang akan terjadi, menikmati setiap moment; now and here. Bersyukur bisa melewati hari dengan kemenangan dan kekalahannya, suka dan dukanya, senyum dan tangisnya. Menghargai setiap perjalanan diakhir hari dengan kopi dan lagu, sambil menikmati celoteh anak tetangga berebut kamar mandi dan teriakan ibu-ibu kompleks mengejar penjual ikan.

Salam dari Borong

Komentar