Senyum Mantan Pacar

Senyum Mantan Pacar

Kira-kira apa yang Anda rasakan ketika ketua stasi memberi Anda kepercayaan menjadi komentator misa malam Natal dan di kursi paling depan, di dekat mimbar bacaan, mantan pacar Anda sesekali melempar senyum pada Anda? Kalau saya sih terharu. Sepertinya kelahiran Yesus hanya untuk kami berdua. Hehehehe.

Saya menjadi salah satu umat Katolik yang paling beruntung pada Natal tahun ini. Selain karena Natal di kampung sendiri, saya juga menemukan kembali senyum yang telah lama hilang dari hidup saya.  Senyum itu milik seorang perempuan se-paroki dan se-keuskupan. Senyum yang telah lama hilang namun muncul kembali dalam suasana Natal yang megah.

Pada malam Natal, ketua stasi mempercayai saya menjadi komentator perayaan misa.

Sebagai salah satu sarjana di kampung yang haus akan panggung dan pengakuan, kesempatan emas itu saya ambil dengan penuh percaya diri. Saya naik ke mimbar dengan membungkukkan badan terlebih dahulu. Membungkukkan badan untuk menghormati Yesus yang digantung di kayu salib, altar, dan tabernakel yang suci. Dengan setelan jas hitam yang saya pinjam dari sepupu, penampilan saya di mimbar ternyata terkesan elegan, cuman rambut saya agak acak-acakan. 

Pelan-pelan saya membuka teks panduan misa yang dibagikan pastor paroki. Sebagai salah satu sarjana komunikasi yang pengangguran, saat berbicara di depan umat, saya menggunakan teknik suara diafragma. Suara yang keluar dari mulut saya sangat menggelegar, banyak mata yang memelototi saya. Mungkin mereka tidak percaya, bahwa badan sekecil yang saya miliki bisa menghasilkan suara setebal yang saya keluarkan dari mikrofon.

Saat saya melakukan kontak mata dengan umat, di kursi paling depan di kapela kami, seorang perempuan dengan kulit hitam manis sedang memandang komentator yang rambutnya acak-acakan. Selang beberapa detik, perempuan itu melempar senyum. Tuhan ew neho keta mecik nderu cina imus’n. Senyumnya semanis jeruk cina.

Sebagai seorang laki-laki normal yang menemukan kembali senyum yang telah lama hilang, saya mulai mencoba mencari perhatian dengan mengencangkan suara dan berusaha setiap saat melakukan kontak mata dan berbagi senyum terbaik yang saya miliki.

Malam Natal kali ini sepertinya bukan hanya menyambut kelahiran Yesus tetapi juga menyambut kembali senyum seorang perempuan yang sudah lama menghilang. Jika dalam Injil ada perikop yang menceritakan perumpamaan tentang seorang anak yang hilang, tapi malam Natal kali ini sebuah kenyataan terjadi; penampakan senyum yang hilang.

Saking percaya dirinya saya pada malam itu sampai-sampai tidak sadar kalau pastor sudah berada di altar dan saya sudah seharusnya kembali ke tempat duduk. Walau demikian, perempuan di depan saya selalu melempar senyumnya yang manis.

Di sela-sela khusyuk berdoa, beberapa anak muda mencium aroma berbagai merk parfum di badan setiap umat berlomba wanginya dengan kemenyan dalam dupa yang ditebar misdinar. Sedang saya mencium bau-bau cemburu lantaran senyum sang mantan kekasih.

Senyumnya sungguh mengintimidasi, saya tergolak jatuh dalam imajinasi.

Anda pun percaya, seseorang yang pernah Anda pacari akan terlihat lebih menawan setelah menjadi mantan, bukan? Demikian pun yang saya rasakan malam itu. Apakah dia merasakan hal yang sama? Entah, tapi semoga saja. Semoga dia melihat dan yakin bahwa saya lebih tampan sekarang daripada dulu saat berpacaran dengannya.

Selesai misa kami pun saling bersalaman, saling mendiskusikan banyak hal termasuk keberuntungannya menjadi seorang ASN. Satu hal yang paling penting yang dia sampaikan kepada saya pada malam itu adalah tentang jas yang saya pakai terbalik. Senyumnya yang manis ternyata dilemparkan hanya karena di dalam gereja dia tidak bisa tertawa terbahak-bahak menyaksikan kekonyolan saya, mantan pacarnya. Padahal, saat pastor membaca intensi, dalam hati juga saya mau berintensi khusus untuk perempuan ini; Tuhan kalau memang harus terjadi, maka terjadilah!

Mantan balikan, yuk.

Saya hampir yakin bahwa tulisan ini adalah kisah nyata penulis hehe. Setelah keluar dari Jawa Pos, ini tulisan pertama yang dikirim keluar katanya dan lejeany jadi pilihan. Saya hanya mau bilang, “lucky me dan terima kasihuntuk adik saya, yang status-status FB-nya buat saya selalu berkelas dan ber-“isi”. Ditunggu tulisan lanjutannya ya; jawaban dari kalimat penutup diatas tentu saja hehehe

5 Comments

Komentar