Menulis Matematika

Menulis Matematika

Tulisan ini adalah sebuah catatan kritis dari seorang guru.

Bicara matematika sungguh sebuah tantangan, terkadang malah jadi cobaan berat. Menulis matematika tentunya juga perkara mudah. Angka dan kepastiannya yang mutlak kemudian dinarasikan. Wow…berani sekali.

Tidak banyak yang menyukai matematika. Matematika juga juga bukan topik obrolan yang “netral” untuk semua kalangan. Obrolan tentang matematika adalah obrolan berat yang hanya bisa dikonsumsi oleh mereka-mereka yang punya “otak encer”.  

Belajar matematika murni kemudian mengajarkannya adalah pilihann langka. Menulis tentang matematika dan membuatnya jadi sederhana, menarik dan mudah dimengerti adalah pekerjaan berat; menurut saya sih. Hehehe.

Seorang ibu guru keren di SMPN 4 berhasil membuat matematika menjadi tidak terlalu menakutkan. Ibu Tildy Rodriques menurut beberapa orang murid dan rekan guru adalah seorang pecinta matematika yang kemudian menularkannya dengan cara yang asik.

Membuat matematika asik itu adalah pekerjaan ahli. Menjadi mama sekaligus guru yang bahagia adalah tantangan untuk seorang perempuan, tetapi ibu Tildy bilang semua bisa kalau pemahaman dimulai dengan belajar matematika.

Salah satu caranya adalah dengan menulis tentang matematika. Langkah awal mengenal matematika adalah mengenal angka.

“Tidak ada bagian kehidupan yang bisa menghilangkan matematika sebagai salah satu unsur didalamnya, kadang kita tidak menyadarinya. Tetapi matematika ada dalam kehidupan kita; selalu

Nah ini yang kemudian diceritakan dengan sangat baik oleh ibu Tildy untuk Lejeany seperti yang berikut.

Pertama kali anak anda belajar Matematika, mereka belajar mengenal angka.

Menurut Wikipedia, angka adalah suatu tanda atau lambang yang digunakan untuk melambangkan bilangan. Angka sejujurnya adalah simbol. Jadi ketika anak belajar Matematika maka isinya adalah tentang simbol, simbol dan simbol. Nah simbol-simbol ini bukan sekedar bentuknya yang “seperti itu”. Simbol adalah proses belajar. Dalam proses belajar tentang angka; anak berpikir, mencerna, mengenal, membuat simbol dan memberi arti terhadap simbol itu sendiri.

Mungkin hal itulah yang menyebabkan ada anak yang pandai Matematika dan ada yang hanya sekedar bisa Matematika.

Pemahaman terhadap simbol/lambang inilah yang membentuk proses berpikir anak pada tahap awal. Seperti yang kita ketahui, proses berpikir matematis terbentuk secara terurut dan beraturan atau istilah kerennya “sistematis”.  Kronologis jika-maka, sebab-akibat sangat mungkin terjadi ketika anak terlatih dan mulai terbiasa berpikir matematis.

Bagaimana pemikiran anak bisa terbentuk seperti demikian?

Boleh jadi datang dari proses anak berkenalan dengan simbol/angka itu tadi. Penting bagi para orang tua untuk ikut memperhatikan proses anak saat berpikir, menulis dan membaca angka. Memastikan itu berjalan benar. Jika anda mau menanamkan prinsip “proses tidak akan menghianati hasil” pada anak,  maka proses pertama adalah belajar Matematika; menulis angka dengan baik dan benar.

Sebagai seorang guru, saya sering menemukan anak yang mampu menulis angka dengan benar tetapi menggunakan teknik yang keliru.

Contoh kasusnya adalah, anak mampu menulis angka 5 dengan urutan garis atas dari kanan ke kiri – turun lalu melengkung. Yang lain menulis angka 4 dengan cara garis dulu lalu bentuk segitiga. Bahkan yang paling sederhana angka 1 ditulis dari bawah ke atas. Pernah juga saya mendapati seorang anak menulis angka 8 sebagai “telur bersusun”. Contoh lainnya saat seorang anak menulis angka 9 dengan cantik sekali tetapi dimulai dari bawah ke atas.

Apakah anak anda salah satunya? Coba perhatikan.  Apakah anak anda melakukan salah satu cara di atas? Atau malah anda yang mengajari cara di atas? Hehe.

Semuanya akan menghasilkan angka, bahkan dengan nilai estetik yang indah. Tetapi apakah ini sesuai dengan konsep menulis angka yang benar? Saya katakan tidak.

 “Ah, itu tidak terlalu penting, yang penting hasilnya sama. Toh yang penting dia bisa tulis dan baca,” sebagian dari anda mungkin berpikir demikian. Jika benar begitu yang anda pikirkan, maka kita perlu melihat kembali prinsip “proses tidak akan menghianati hasil”. Latihan menulis dengan benar akan berdampak pada proses berpikir yang sistematis. Nah, apabila proses menulis di tahap awal saja anak tidak mengikuti kaidah terurut dan beraturan, bagaimana bisa anda mengharapkan berpikir matematis terbentuk pada anak anda? Ketika cara berpikir matematis tidak terbentuk maka cara pikir sistematis juga sulit tercapai.

Mari perbaiki sebelum “kesalahan kecil” itu merusak kinerja otak anak anda.

Ada aturan tak tertulis dalam belajar matematika yakni aturan menulis dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan. Begitu juga dalam membaca. Ini adalah aturan dasar dalam berpikir matematis. Juga menjadi dasar dalam belajar mengenal dan menulis angka. Aturan tidak tertulis ini menjadi wajib untuk dilaksanakan dengan penuh kesadaran sampai menjadi kebiasaan yang baik.

Yuks simak gambar berikut yang diambil dari buku Matematika SD Kelas 1. Silahkan perhatikan langkah belajar mengenal angka. Konsep dari atas ke bawah, dari kiri ke kanan. Jadikan pedoman ini dalam mendampingi anak mengenal dan menulis angka. Pastikan urutannya benar dengan demikian sedari dini anak terlatih berpikir terurut.

Sikap sabar dan telaten perlu dterapkan pada tahap awal ini. Pastikan anak mengikuti aturan tidak tertulis ini sampai menjadi kebiasaan baik. Ingat, kebiasaan baik. Hasilnya akan dipetik dikemudian hari ketika matematika menjadi semakin kompleks. Ketika anak berkenalan dengan bilangan serta operasi pada bilangan maka aturan kiri ke kanan, atas ke bawah menjadi sangat diperlukan. Atau jika anak anda menemukan masalah dalam kehidupan yang berkaitan dengan matematika maka penyelesaian masalah secara terurut dan beraturan alias berpikir matematis menjadi modal utama. Bukankah hal itu menjadi sangat menarik?

Informasi pentingnya adalah bahwa bilangan tak sama dengan angka, hal ini akan dibahas dalam tulisan berikutnya.

Jadi tunggu apa lagi, segeralah mendampingi anak anda belajar mengenal dan menulis angka dengan baik dan benar.  Tidak ada kata terlambat, bahkan jika ternyata anda juga salah selama ini.

Salam saya

Zee

============ Salam dari Borong ============

2 Comments

  1. Frumen Hemat

    Tulisan yang menarik, lugas dan lancar. Kemampuan dasar matematika adalah keharusan hakiki untuk bisa belajar matematika. Guru matematika betul betul ditantang untuk melakukan asesmen terhadap cara belajar murid, dari sana sang guru bisa meracik pendekatan yang telak buat murid mencintai dan jatuh cinta terus menerus terhadap matematika. Pada titik ini guru matematika adalah hamba yang menyediakan akses belajar matematika kepada muridnya.

Komentar