Sakit dalam Beranda Healing

Sakit dalam Beranda Healing

Pelangi 05 Maret 2022 di Borong

Ramai sekali media sosial dengan topic healing akhir-akhir ini. Istilah yang banyak digunakan masyarakat dunia maya, terutama kaum muda, untuk mengungkapkan sesuatu yang menyenangkan melalui tema dan bahkan lagu yang ikonik; mendengar intronya kita tahu ini tentang healing. Melihat dan mendengar semua itu, terlintas pikir seolah banyak orang  yang membutuhkan sesuatu sebagai obat agar segera sembuh. Pertanyaannya adalah, emang mereka lagi sakit apa? Mereka mau sembuh dari sakit apa? Selanjutnya mencoba menemukan jawaban dengan berselancar lebih jauh dalam postingan dan hastag itu. Tetapi tidak ditemukan jenis-jenis sakit medis yang umum disana, hanya menemukan banyak pilihan cara keluar dari rasa bosan. Apakah bosan sudah menjadi salah satu jenis penyakit zaman ini?

Zaman sudah berubah sepertinya, jenis sakit juga menyesuaikan diri dengan perkembangan ini.

Sakit pra modern

Definisi sakit berubah dan berkembang seiring dengan perkembangan jaman. Walaupun tidak juga bisa dibilang, “setiap jaman ada sakitnya dan setiap sakit ada jamannya” hehehe. Jika diperhatikan, sejak jaman pemburu-pengumpul sampai akhir tahun 1990,  definisi sakit masih berkutat pada sakit fisik. Kecelakaan saat berburu sampai dengan kecelakaan kerja pada jaman itu biasanya akan berakibat pada anggota tubuh yang mengalami gangguan atau perubahan fungsi; fisik. Jarang sekali terlihat atau terdengar sakit yang bukan fisik, tidak familiar bahasan sakit non fisik. Membahas sakit bagian dalam pun itu tentang organ, bukan tentang jiwa. Ketika ada keluhan sakit yang tidak terkait dengan organ tubuh secara langsung, seperti susah tidur, susah makan atau takut akan keramaian maka pengobatan yang dipilih adalah non medis. Karena sakitnya tidak tersentuh maka obatnya juga adalah hal-hal yang tak tersentuh logika; dukun, pemujaan alam ghaib, bertapa atau menyalahkan kucing hitam yang lewat di samping jendela kamar.

Sakit  milenium ketiga

Memasuki tahun 2000-an, awal millennium ketiga, konsentrasi dan bahasan kesembuhan bukan saja soal fisik atau organ-organ yang bisa disentuh. Diskusi berkembang menyentuh kondisi kejiwaan; yang berdiskusi ramai biasanya yang masih belajar tentu saja sedangkan para ahli  mulai melakukan pengobatan. Istilah-istilah baru terkait kedokteran untuk sakit psikis ini semakin sering beredar dalam percakapan, kehadiran media sosial semakin mempercepat istilah-istilah  ini “membumi”. Terhenyak kaget ketika melihat jenis dan gejala sakit psikis ini. Kecemasan berlebih ternyata bisa berbuntut pada susah tidur atau marah-marah tanpa sebab. Terlalu menuntut kesempurnaan ternyata bisa menghasilkan tubuh yang kurus kering alih-alih ganteng/cantik mempesona. Cinta yang membabi buta bisa menghasilkan perilaku kejam; saya pikir bibitnya memang ada pada setiap insan, butuh pemicu dan kondisi yang pas saja untuk naik kepermukaan. Kesombongan dan sikap angkuh  ternyata adalah bentuk lain dari teriakan butuh perhatian dan kasih sayang. Menjadi kasar dan tidak peduli ternyata adalah buah dari pengabaian yang diterima. Bahkan tertawa yang berlebih adalah permohonan untuk didengarkan. Semua ini tidak ada ketika jaman berburu dan mengumpulkan makanan. Ini bentuk-bentuk sakit yang lebih modern. Efeknya lebih mengerikan karena tidak terlihat, tidak tersentuh

Kematian itu sederhana

Sakit psikis dengan semua sebab yang bersumber dari dalam, biasanya akan susah terdeteksi oleh orang diluar diri jka tidak diijinkan oleh yang mengalami. Kebutuhan-kebutuhan non fisik juga sulit untuk dipenuhi oeh orang lain diluar diri pribadi. Ini yang membuat soal semakin kompleks. Ada kebutuhan emosional yang butuh dipenuhi tetapi sulit untuk diutarakan, kalaupun terekspose maka bentuknya adalah kebalikan dari kebutuhan itu sendiri. Mbolot orang Manggarai bilang, orang Jawa bilang mbulet dan beramai-ramai kita mem”bagong”  hehe. Tingginya angka bunuh diri yang terjadi akhir-akhir ini mungkin adalah gambaran dari keruwetan ini. Dalam dua bulan pertama tahun 2022 terjadi 4 kasus bunuh diri di Manggarai Timur, tentu saja ini angka yang tinggi. Mereka yang melakukannya sakit dan butuh pertolongan tetapi tidak bisa berbagi. Atau mungkin mereka sudah berusaha tetapi merasa tidak didengar dan diabaikan. Rasa bersalah dan sesal adalah hal lazim yang mereka tinggalkan sebagai kenangan untuk orang-orang  yang mencintai. Dunia nyata dan dunia maya saat ini juga sudah sangat terlatih untuk menelaah berbagai kemungkinan dan/atau tanda yang sekiranya disampaikan tapi tidak dipahami. Mudah untuk menghakimi, “Hal sederhana saja kenapa harus sampai bunuh diri?” Kematian memang selalu sederhana, alasan dan efeknya yang bikin rumit.

Apakah kita (saya) sudah cukup membantu

Kondisi sederhana dengan efek rumit ini yang mungkin butuh healing saya pikir. Jargon healing bukan sekedar kata dan lagu untuk menaikan jumlah follower tetapi sebuah permintaan untuk dibantu. Tentu saja tidak semua yang bikin status atau reels tentang healing juga butuh bantuan, terkadang hanya terjebak dalam trend yang tidak dipahami saja, nah yang begini yang sederhana beneran hehehe. Apakah liburan atau belanja atau kongkow di tempat mahal juga adalah pengobatan yang dibutuhkan? Susah-susah gampang menjawabnya, apalagi di masa pandemic ini. Jiwa mungkin sembuh tetapi kantong malah sakit parah, ini sama repotnya.

Untuk sebagain orang healing mungkin tidak sesederhana yang ditawarkan di beranda TikTok, walaupun nonton TikTok juga bisa jadi satu bentuk hiburan dan pelarian dari kepenatan. Banyak yang butuh healing  dalam arti yang sebenarnya; didengarkan, disayang, dipeluk atau sekedar disapa. Kita tidak pernah tahu seberapa dalam kesan yang kita berikan dengan sebuah senyuman atau sapaan. Ada cerita tentang seorang yang menggagalkan niat bunuh diri dari seorang asing hanya dengan memberikan senyuman tulus dan sapaan selamat pagi.

Di akhir pekan ini dengan cuaca yang kurang menyenangkan, saya pikir  saya juga butuh healing nih, dan pilihannya adalah kopi plus alunan lagu dari album MLTR. Senyum ende Martina yang lewat depan rumah dengan sedikit sempoyongan cukup jadi asupan vitamin tambahan, apalagi ketika dia bilang “Ende Rafa, ngo nia kat, beheng toe cumang agu toe lejong tau”. (Mama Rafa, kemana saja? Lama tidak bertemu dan ngobrol). Kalimat sederhana itu membuat saya sumringah, ada yang menunggu untuk sekedar ngobrol ternyata; walaupun untuk konteks ende Martina saya sadar dia akan lupa dalam beberapa langkah kedepan.

Sesederhana itu.

Salam dari Borong

3 Comments

  1. Marta Muslin

    Sakitnya generasi manja hasil didikan serba instant yang hobbynya pansos…….
    Sebenarnya inner healing sudah dikenal sejak lama, itu kenapa budaya meditasi sudah dikenal sejak lama di Asia khususnya. Penyembuhan utk sakit non fisik. Jaman skrg beda, tak Sanggup minum kopi ke Starbucks buat mereka sakit. Ya, dunia sudah berubah….

Komentar