Jangan Takut untuk Terbang

Jangan Takut untuk Terbang

“Jangan takut naik pesawat!” “Jangan takut untuk terbang!” Nasihat yang bagus, sayangnya  nasihat ini keluar dari mulut Mama Lila.  Katanya Mama Lila takut ketinggian termasuk takut terbang. Berani-beraninya memberi nasehat seperti ini. Benar juga sih, tidak ada bantahan dari Mama Lila si penulis ini. Hehe.

Saya termasuk kategori pengidap aviophobia alias takut naik pesawat.  Sakit yang konon diderita banyak orang. Meskipun sudah naik pesawat sejak jaman pesawat masih langka dan masih merupakan kemewahan, tidak serta merta membuat saya menikmati terbang. Meskipun sedang langit sedang biru dan cerah, setiap kali check in dada saya mulai berdegup kencang, kadang-kadang tangan sampai basah dan sering ke kamar kecil. Nervous. Jika pesawat bergetar saya pasti mencekeram kuat kursi atau teman/keluarga di samping. Saat pramugari/gara memperagakan langkah keselamatan rasanya seperti bersiaga untuk sesuatu yang buruk. Jika langit mendung dan hujan apalagi; kaki asam.  Sepanjang terbang saya sibuk berdoa dalam rasa takut yang dalam.

Banyak pengalaman saya terbang dengan penuh penderitaan.

Tahun 1992, kelas dua SMA, pertama kali naik pesawat karena harus ke ibu kota provinsi (di pulau lain) untuk mengikuti sebuah lomba ilmiah. Terbang dengan pesawat baling-baling Cessna. Pesawat kecil itu memang ribut dan untuk saya, suara gemerisik itu seolah menginformasikan ada skrup atau bagaian apa lah dari pesawat yang akan copot.  Satu setengah jam terasa berjam-jam.  Getaran naik turun mengikuti gravitasi dan bunyi krak krek pesawat membuat saya tidak hanya mual tetapi juga muntah. Muntah-muntah itu juga bukan hanya di pesawat tetapi sampai di darat hingga harus dirawat di Rumah Sakit.

Tahun 1993 saat ke Yogyakarta pertama kali untuk kuliah : terbang jam 7 pagi dari Ruteng dan tiba pukul 19.00 Waktu Indonesia Barat. Terbang sebentar, transit, terbang lagi lalu transit dan terbang kembali. Saat transit tidak pernah diinformasikan kapan akan terbang kembali. Jadilah kami anak kampung yang takut ketinggalan pesawat menunggu seharian di ruang tunggu. Saat terbang badan selalu tegang sehingga saat mendarat terasa sangat melelahkan.

Setelahnya saya semakin sering berhubungan dengan pesawat.  Sesekali saya menikmatinya namun lebih banyak stresnya.  Saya pernah naik maskapai Lion Air pada sore menjelang malam dari Surabaya menuju Yogya. Hujan turun sepanjang jalan dan pesawat terguncang-guncang. Sekalinya guncangan keras saya hampir memeluk pria (yang mungkin suami orang) di samping saya, saking takutnya. Mengantisipasi itu semua, saya selalu selektif memilih maskapai, kalau bisa Garuda saja. Meskipun untuk itu saya harus membayar lebih mahal. Bahkan Garuda pun tetap bikin saya was was.

Lama kelamaan saya berpikir untuk membuat resolusi mengalahkan perasaan itu.  

Pertama dengan mencari tahu penyebab takut terbang. Konon salah satu pemicunya adalah karakter pribadi yang emang suka takut dan cemas juga kondisi kesehatan fisik secara umum. Beberapa karena pengalaman buruk, jarang bepergian, tertular kepanikan orang lain, pemberitaan media  dan  faktor alam (cuaca).

Dua faktor terakhir mungkin bisa dimaklumi karena siapapun bisa was-was apabila akan terbang saat cuaca hujan, angin, dan mendung. Nah kalau langit sedang biru cantik, pesawat aman-aman saja namun tetap ketakutan saat pesawat sedikit bergetar maka itulah yang jadi masalah.  Saya termasuk kategori bermasalah ini.   

Kecemasan banyak diderita oleh orang-orang yang hidup di lingkungan yang penuh larangan tanpa penjelasan yang layak. Dalam masa perkembangan sebagian besar kita selalu diwanti-wanti untuk tidak main ayunan nanti jatuh, tidak boleh jalan sore karena akan dicubit hantu. Rumah harus selalu terkunci, jangan menggunting rambut saat sedang hamil dan banyak lainnya. Jika tidak ini maka itu, bla bla. Mungkin saja larangan itu ada benarnya tetapi alasan rasional tidak  disertakan; ancaman bahaya atau akibat buruk jika tidak mematuhi larangan lebih ditekankan.

Tanpa banyak disadari, bentukan ini mempengaruhi nyali seseorang pada saat harus melakukan sesuatu yang tidak biasa. Cemas bahwa pesawat akan jatuh dan pikiran sejenis yang lebih sering tidak terbukti. Karakter bentukan lingkungan  ini tidak saja mempengaruhi keberanian untuk terbang tetapi juga pada hal lain, maka sangat dianjurkan untuk mendapatkan bantuan pihak dari yang berkompeten. Saya pernah didiagnosa terkena ‘panic attack’ (serangan panik) dan berimbas buruk pada seluruh aktivitas hidup; termasuk takut naik pesawat.  Jika meminjam teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget kondisi ini menggambarkan ada  tahap perkembangan belajar yang kurang ideal terutama pada masa kanak-kanak dan pra remaja/remaja.

Lalu kondisi kesehatan fisik secara umum.

Jika kita sering tidak enak badan maka melakukan hal tersantai pun terasa tidak enak. Dulu saya sering pusing, sakit lambung, pegal pegal. Kalau saat biasa saja sering tak enak badan apalagi jika harus duduk dalam pesawat, melayang di udara. Sama seperti pemicu pertama, untuk alasan ini tak perlu ragu berkonsultasi dengan pihak-pihak yang berkompeten. Untuk pengalaman saya, nasehat yang sering saya dapat adalah olah raga secara terukur dan rutin yang memang terbukti membantu mengurangi cemas dan beberapa jenis fobia.

Sering bepergian terbukti juga membantu memperkuat fisik dan mental (disamping menambah pengetahuan).  Banyak yang tidak takut naik pesawat karena sering bepergian dengan pesawat. Like what wise man said, kenali sumber ketakutan untuk dapat menaklukannya. Saya membuktikan teori ini ketika saya takut naik mobil di Flores (saking seringnya mabuk), dan termasuk naik pesawat. Meskipun khawatir tetapi saya terdorong juga untuk pergi ke  tempat-tempat yang lain. Meskipun tingkat ketakutan belum berkurang banyak tetapi ada perasaan yang berubah. Sering takut berubah menjadi kadang takut, sesekali menikmati berganti menjadi sering menikmati. 

Ketakutan karena tertular pihak lain nyata terjadi pada anak perempuan saya. Saat kecil dia sangat menikmati naik pesawat. Asyik seperti ayunan katanya. Mereka makan, menggambar dan tidur di pesawat. Ketika saya mengidap cemas, secara langsung itu menular pada anak perempuan saya. Sekalipun kita bilang tidak mendiktenya secara harafiah namun kosakata takut, cemas dan bahasa tubuh kita lah yang mempengaruhinya. Terkadang seorang yang biasa saja naik pesawat akan ikut-ikutan takut jika di sebelahnya nampak selalu ketakutan. Sebaliknya berada di antara orang yang santai dan tenang bisa meredakan ketakutan.

Saya lalu berusaha melakukan pembenahan; secara sengaja maupun tidak.

Niat awal mengobati suatu penyakit tertentu, nyatanya masalah lain ikut terselesaikan. Berpikir bahwa olah raga hanya untuk menurunkan berat badan ehhh ternyata juga membantu mengurangi rasa cemas.  Latihan dan latihan sambil selalu mencari penguatan dan sumber sugesti positif  

Sebagai terapi ada beberapa informasi yang saya dapat yang mungkin berguna untuk yang juga mengalami hal yang sama.  Dijelaskan bahwa rasa takut terbang dapat dihadapi dengan mengembangkan pemahaman  tentang cara kerja pesawat selama terbang. Pengetahuan tentang mengapa terjadi getaran dan suara tertentu bisa membantu meredakan takut.  So, ini adalah informasi favorit saya  :

“…setiap pesawat udara bisa lepas landas, terbang dan mendarat dengan selamat bahkan jika mesinnya mati. ….. semua pilot telah dilatih untuk hal-hal seperti itu. Jika arus udara mencemaskan anda, mungkin akan menolong jika Anda mengetahui bahwa sebenarnya pesawat bergerak karena gerakan udara vertical yang kuat. Pesawat  terbang dirancang untuk bergerak dengan kasar bahkan ketika menghadapi kekuatan besar ini….. Pesawat terbang telah melewati tes yang lebih parah daripada arus udara terparah sekalipun” [1] Informasi yang lumayan menenangkan bukan?

Ada juga tips-tips supaya bisa relaks di pesawat.

Agak subyektif tetapi siapa tahu ada yang cocok. Biasanya sebelum naik bis jauh atau naik pesawat saya memulai dengan tegang sampai tak sudi memakai bedak dan anting-anting yang saya sukai karena di pikiran saya sudah terbentuk bahwa saya akan pusing, mual, dan stress. Selanjutnya saya lawan dengan coba bergaya seperti biasa jika saya akan melakukan sesuatu yang menyenangkan; memakai bedak, lipstick dan anting kesayangan. Berikutnya adalah minum jus dan air yang cukup setelah take off dan landing. Untuk penerbangan jauh biasanya ini menjadi bagian dari layanan pesawat. Membaca buku atau majalah dengan tema ringan. Jika suka fotografi bagus juga mengambil foto dari jendela. Foto daratan dan laut, foto awan atau foto sayap pesawat.

Asyik akan membuat kita lupa waktu. Beranikan diri untuk bangun, berdiri dan jalan-jalan di pesawat (ke toilet misalnya). Bagian ini membantu membangun rasa percaya diri dan sekaligus memberi sinyal pada diri saya sendiri bahwa saya adalah pemberani. Ceileee. Ngobrol dengan teman duduk, setelah memastikan si teman bahwa  juga tertarik untuk ngobrol. Pikirkan hal-hal yang menyenangkan tentang tempat tujuan, aktivitas yang akan dilakukan, oleh-oleh yang akan dibawa pulang, atau hal lain yang menyenangkan. Jika perjalanan masih jauh dan melelahkan, ya sudah, tidak ada pilihan lain: terima rasa lelah dan takut. Lama kelamaan si takut akan bosan sendiri.

Tentang mencari-cari alasan untuk ‘senang’ saya punya beberapa cerita.

Naik pesawat dengan durasi waktu 1-2 jam, misalnya  Ruteng-Kupang, Ruteng-Denpasar, Denpasar-Labuan bajo; biasanya pesawat terbang tidak terlalu tinggi dalam arti masih mudah melihat isi daratan dan lautan. Untuk rute Ruteng-Kupang, kita akan terbang di atas pulau Flores dan dapat melihat jelas lekak lekuk gunung berapi, persawahan, kampung, hutan dan jalan-jalan. Bisa main tebak-tebakan kampung apakah itu, di mana rumah si om anu atau si tante anu.  Pun demikian dengan rute Ruteng/Labuan Bajo – Denpasar. Check in lebih awal dan minta duduk di jendela sisi kiri pesawat. Kita bisa melihat pulau-pulau kecil di kawasan Taman Nasional Komodo. Yang duduk di sisi kanan berkemungkinan melihat gunung Tambora dan Rinjani.  

Untuk penerbangan Bali–Jawa–Sumatera tersedia banyak pilihan pesawat dan jenis layanan.  Silahkan dibaca jenis layanan setiap maskapai lalu sesuaikan dengan kondisi Anda. Biasanya untuk rute ini jenis pesawat lebih besar sehingga melihat daratan hanya bisa pada saat lepas landas dan mendarat. Pemandangan yang bisa donikmati adalah bentuk-bentuk awan atau pesawat lain yang melintas di luar jendela. Bisa juga membaca buku. Puji Tuhan jika bisa tidur.

Menikmati suasana airport juga adalah cara lain bersenang-senang ketika (akan) terbang. Airport sekarang dirancang untuk menyenangkan penumpang.  Ruangan luas, bersih dan dilengkapi restoran fasilitas internet, tempat bermain anak, gambar-gambar bagus dan informatif dan banyak lagi. Jangan sungkan berselfi ria di spot yang Anda sukai. Kalau itu membuat Anda tertawa senang, nikmati …. Berlama-lama di toilet; cuci muka, pakai makeup bahkan untuk transit yang lama dan membosankan silahkan mandi. Jalan-jalan cuci mata dan memperhatikan anak-anak bermain atau menikmati gaya orang yang lalu lalang. Saya pernah melihat pemandangan langka, ada seorang wanita yang merajut di ruang tunggu ketika orang pada umumnya main gadget. Intinya membawa hobi tertentu juga boleh. Tapi jangan sampai lengah dengan info jadwal terbang ya ….

Sebagai penutup saya bersemangat menceritakan pengalaman saya naik Qatar Airways

Kurang lebih empat kali saya naik Qatar Airways; dua kali pergi ke eropa dan dua kali pulang. Hehehe. Saya suka naik maskapai ini karena menurut versi saya, tanpa membuat perbandingan dengan maskapai lain, servisnya bagus.  Beroperasi tepat waktu sesuai jadwal (on time) sampai menit detiknya. Untuk economy class boleh membawa bagasi 30 kg per orang. Saat masuk pesawat  kita disambut ramah. Diberikan tisu basah buat nyegar-nyegarin leher wajah, ada bantal dan selimut di setiap kursi, amenity kit (dompet kain berisi kaus kaki, sikat dan pasta gigi, eye shade/penutup mata saat tidur, dan ear plug/penutup telinga). Leg room (ruang selonjor kaki) nya lumayan lapang (jarak dengan kursi depan belakang tak mepet). Di setiap kursi terdapat AVOD/TV + headset; kita bisa menonton film, TV series , mendengarakan music danlagu dan bisa main game juga.   Terakhir saya nonton film Moana dan kisah perjalanan orang-orang.  

Bagaimana dengan makanan minuman? Don’t worry. Kita dilarang membawa makanan dan minuman di pesawat karena memang Qatarair menyediakannya secara berlimpah dan lezat. Sarapan pagi, makan siang, makan malam, snack pada jam antara makan pagi dan siang dan jam antara makan siang  dan malam termasuk sebelum landing. Jumlah makanannya banyak dan bervariasi.  Sarapan pagi misalnya ada roti dan selai, telur orak-arik, sosis atau daging ayam, yoghurt/pudding. Kadang ada nasi goreng dan mi goreng Minumnya boleh milih: teh, kopi, jus, air mineral. Makan siang dan malam silahkan pilih  menu daging ayam, daging sapi, ikan atau menu vegetarian. Ada roti, kentang, nasi, mi, roti, sosis, daging, dengan hidangan penutup puding, dan coklat.  Minumnya air mineral, jus, wine atau beer. Untuk minum boleh minta nambah. Saya doyan minta tambah jus sampai tiga kali. Hehe.  Makanannya dihidangkan dalam keadaan hangat dalam wadah yang  bukan stereofoam. Sendok, garpu, dan pisaunya beneran; bukan dari plastik.  Snacknya berupa coklat, keripik (chips) dengan minuman aneka jus dan air mineral.  

Perlengkapan toiletnya komplit dan cukup.

Tisu basah dan kering, sabun cuci tangan bahkan lotion sanitizer. Wastafel bersih dengan air bersih melimpah, cermin dan ruang yang tidak  sempit.

Pramugari/gara nya ramah dan profesional. Bahkan tengah malam mereka tetap melayani dengan baik. Ngajak ngobrol saat kita antri di toilet, boleh melihat-lihat dapur dan  meminjamkan majalah. Terakhir saya minta ijin membawa pulang selimut bertuliskan Qatar yang saya pakai. Bukan hanya diijinkan eh malah saya ditawarin selimut baru, dan tiga paket amenity kit sebagai oleh-oleh.

Lumayan kan ?

Selamat  terbang. Ada malaikat Tuhan menemanimu, jangan takut.


[1] Carlson, Richard (ed), Don’t Sweat Guide to Travel,  2005, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Komentar