PNS; Etika dan Etos Kerja

PNS; Etika dan Etos Kerja

Saat ini saya adalah seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) dengan status Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Manggarai Timur. Menjadi PNS awalnya bukanlah sebuah pilihan.

Kuliah di tempat yang jauh dari rumah, bertemu banyak orang baru dengan berbagai latar belakang budaya dan pendidikan; hampir tidak pernah terdengar dalam obrolan orientasi untuk menjadi PNS,

Kalo ngobrol soal pekerjaan setelah kuliah, biasanya yang jadi orientasi utama adalah perusahaan-perusahaan asing yang menawarkan ritme kerja tinggi dengan gaji yang bikin “jae” (baca: ngiler).

Selain lingkungan kampus, lingkungan pergaulan diluar kampus juga jarang ngobrol tentang menjadi seorang PNS.

Bicara soal pekerjaan adalah bicara tentang NGO/LSM asing dan/atau perusahaan-perusahaan besar dengan potensi jalan-jalan keluar negeri yang menggoda iman.

Sempat juga bekerja dibeberapa perusahaan swasta setelah selesai kuliah, niat untuk menjadi civil servant semakin jauh dari pikiran.

Ketika pilihan akhirnya adalah pulang ke Ruteng, obrolan dengan tema  PNS menjadi topik utama dalam berbagai kesempatan. Tapi masih dengan idealisme anak kuliahan yang bahasa kerennya “fresh graduate”; menjadi PNS belum jadi pilihan juga.

Sempat bekerja dengan orang-orang hebat disektor swasta ketika sampai di Ruteng.

Bertemu orang-orang baru dan pengalaman baru hampir setiap hari dengan honor yang lumayan, maka beberapa kali jadwal test CPNS lewat tanpa niat untuk bahkan sekedar “mendaftar saja”, meniru ucapan bapak saya waktu itu.

Obrolan soal PNS pada jaman itu, terutama buat saya beberapa kawan sepaham berarti bicara beberapa hal yang tidak asik dan cenderung nyinyir (baca: mbecik).

 “Ah….PNS kan tidak ada kerjanya; datang, absen trus main game dan pulang”.

“PNS itu kan hanya kejar SPPD untuk mengumpulkan uang diluar gaji dan tidak peduli dengan masyarakat, liat saja kalo kita cari dana di kantor-kantor pemerintah jawabannya pasti tidak ada dana”

“Apa yang diharapkan dengan jadi PNS; tidak berkembang. Biar dikata cerdas klo jadi PNS pasti lama-lama  jadi bodoh juga karena ilmunya tidak terpakai atau terbelenggu sistem.”

Tidak ada yang abadi kecuali perubahan.

Cerita  berubah ketika sudah menikah, punya keluarga dengan satu orang anak, akhirnya kesadaran itu muncul; saya butuh banyak waktu di rumah.

Melawan rasa malu sama diri sendiri dan semua idealisme,  akhirnya ikut mendaftarkan diri. Ikut test CPNS untuk pertama kalinya dan ternyata saya lulus.

Masuk kedalam sistem kerja PNS, akhirnya jadi tau kalo kerja PNS banyak sekali dan bukan hanya datang, absen dan main game.

Banyak hal yang bisa dilakukan oleh PNS. Bahkan Arkarna mendapat inspirasi untuk lagu mereka yang berjudul “So little time so much to do” itu dari banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan seorang PNS.

Setelah menjadi PNS rasa jengkel, marah dan merasa diremehkan adalah beberapa perasaan yang sering muncul ketika ada yang memojokan pemerintah.  Seolah-olah pemerintah tidak melakukan apa-apa dengan kondisi masyarakat, seolah hanya berpangku tangan dengan kesulitan yang dialami masyarakat.

Setelah didalam akhirnya bisa melihat bahwa banyak sekali hal yang dilakukan oleh pemerintah dan jajarannya untuk kepentingan rakyat, sangat banyak dan itu adalah prioritas utama.

Namun masalah yang ada di masyarakat juga bukan hanya satu, ada 1001 bentuk masalah dan tidak sesederhana bergosip untuk menyelesaikan persoalan-persoalan itu.

Banyak hal, banyak faktor, banyak orang dan banyak kepentingan yang yang harus diakomodir.

Sangat mudah menilai ketika ada diluar sistem.

Saya pernah ada diluar sistem dan pernah sangat sok pintar tentang kinerja pemerintah, tetapi ketika masuk dalam sistem saya jadi malu karena ternyata saya sebenarnya hanyalah orang yang merasa sudah berbuat banyak untuk orang lain.

Buruknya lagi kesombongan itu ditambah dengan hobi bicara tanpa merasa perlu tahu banyak tentang  bagaimana sebenarnya sistem kerja pemerintahan.

Ketika ada didalam sistem, akhirnya bisa melihat dan mengalami pusingnya  mengatur agar semua pihak bisa puas dengan anggaran yang ada. Bagaimana agar semua orang bisa merasakan kue pembangunan yang sama walaupun mungkin tidak bisa sama rata. Setelah mengalami semuanya, kesimpulan pribadi saya adalah bahwa kadang too much talk dari luar pagar hanyalah bentuk rasa ingin dilihat, didengar dan diakui.

Bicara dan diskusi saja tidak akan pernah bisa menyelesaikan masalah tanpa aksi konkrit yang berlandaskan niat baik dan ketulusan.

Melempar opini di media sosial juga kadang lebih memperuncing soal.

Mari bicara saja, ngobrol enak dengan gaya LSM yang nyantai tetapi tetap dalam alur dan koridor aturan ala pemerintah dengan sopan santun ala nenek moyang kita jaman dulu yang sayangnya sekarang terlihat mulai usang dimakan jaman. 

Tulisan ini hanyalah sekedar nostalgia kecil dan curhat ditengah ramainya media sosial dengan beragam topik dan isu menarik belakangan.

Salam sukses buat teman-teman Calon PNS atau yang berniat menjadi PNS suatu saat nanti. Apapun latar belakang dan ceritamu sebelum memutuskan ikut test CPNS, yang utama adalah etika dan etos kerja.

 Tidak ada pelayanan  maksimal yang didapat tanpa memberikan penghargaan minimal. 

Dan sebagai penutup, saya justru pengen bilang bahwa saya merasa kecerdasan saya semakin komplit sejak menjadi PNS.

Salam dari Borong

5 Comments

  1. Mm nie

    Cerita yg hampir mirip mom je 😉,,,idealis dan liat sebelah mata sa pns pdhl bisa sampai sarjana krn ortu pns🤭kadang kalo kembali ke belakang lucu juga tapi setidaknya punya pengalaman bekerja di swasta/LSM sebelum akhirnya memang jiwa terpanggil ke pns dan ternyata di pns kesibukan tingkat dewa dimulai 🤣🤣🤣 macam pekerjaan banyak sekali dan kompleks betul sejak jadi pns

Komentar