Beragam berita, cerita terkait pandemi Covid sudah berlangsung sejak tahun 2020. Banyak korban yang jatuh dari semua kalangan dan besar sekali biaya yang telah dikeluarkan pemerintah untuk mengatasi virus ini sejak awal. Dampak yang ditimbulkannya terjadi hampir disemua sektor kehidupan, selain kesehatan dampak ekonomi adalah salah satu yang paling berasa tentang Covid. Pemberitaan tentangnya juga menguasai hampir semua headline berita sepanjang 2020-2022. Tentu saja ada juga cerita tentang pandemi Covid dari kami di Indonesia bagian Timur. Walaupun akhir-akhir ini Covid dengan berbagai variannya kalah pamor dengan perang Rusia vs AS eh Rusia vs Ukraina. Hehe
Cerita di awal pandemi
Pada 2020, untuk kami di Nusa Tenggara Timur, tentang Covid semuanya masih biasa saja. Kehidupan berjalan normal walaupun sudah mulai menjalankan sebagian dari protokol kesehatan yang dianjurkan, memakai masker misalnya. Jumlah yang terinfeksi dan meninggal akibat covid juga sangat sedikit diawal pandemi, bahkan tidak terjadi di beberapa kabupaten.
Januari 2021, virusnya “baru sampai” di NTT. Angka yang menunjukan jumlah orang reaktif antigen dan kemudian terkonfirmasi positif Covid 19 disemua kabupaten/kota di NTT setiap hari semakin bertambah. “Mulai horor kaka,” begitu kata anak-anak muda kami.
Kecemasan mulai masuk dalam perbincangan setiap harinya, yang utama adalah kesadaran dan pengetahuan bahwa sarana dan prasarana kesehatan kami di NTT belum sebaik sarpras di tanah Jawa. Informasi tentang ruang isolasi di RS yang mulai penuh menambah daftar kecemasan, belum lagi tentang penguburan pasien Covid yang punya banyak aturan dan semua aturan itu bertolak belakang dengan budaya timur. Dalam budaya timur, peristiwa kematian sampai prosesi pemakanan akan melewati serangkaian acara dan ritual adat yang tentu saja akan melibatkan banyak orang. Mereka yang meninggal dipercaya harus dilepaskan dengan pantas untuk untuk kehidupan di alam berikutnya. Jika tidak melalui banyak prosesi itu, maka kemungkinan kehidupan selanjutnya akan sulit dijalani.
Nah…kekhawatiran makin menjadi.
Penambahan kasus Covid-19 di NTT pada awal 2021 mencapai lebih dari 100 kasus setiap harinya. Berdasarkan data yang dirilis Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 NTT tanggal 26 Januari 2021 pukul 17.05.20 Wita, jumlah kasus terkonfirmasi di NTT menembus angka 4.552 kasus.
Hal ini tentu saja menampar kesombongan yang sempat dipertontonkan diawal pandemi merebak. Waktu itu, kami di NTT yakin sekali daya tahan tubuh yang terbentuk dari kondisi alam dan karakterisktik fisik timur yang keras akan mampu melawan virus ini.
Mental orang timur yang pantang mundur dan keras memberi kepercayaan diri yang luar biasa, sehingga lebih sering mengabaikan protokol kesehatan bahkan cenderung meremehkan.
Kami tetap berpesta dan berkumpul tanpa beban, karena berpesta adalah hal yang melekat dalam budaya timur; berkumpul, ngobrol dan kemudian menari adalah bagian dari keseharian. Kebiasaan ini kemudian juga menjadi sebuah pembenaran; hati yang bahagia adalah obat dan berpesta akan meningkatkan imun karena semua orang bahagia.
Minum sopi (minuman beralkohol khas Flores) menjadi bagian dari semua acara yang digelar dan karena sopi mengandung alkohol maka kepercayaan diri semakin meningkat bahwa virus corona akan sulit menembus pertahanan diri.
Tetapi ternyata tidak sesederhana menari dan bernyanyi saat berpesta saja kondisinya.
Januari 2021 jumlah orang yang terkonfirmasi positif semakin banyak, bahkan para pemimpin juga mulai terkonfirmasi positif; satu persatu dinyatakan positif Covid 19.
Kenyataan ini menyadarkan bahwa tidak ada yang kebal dengan virus Covid-19.
Siapa saja bisa terjangkit. Tidak pandang status sosial; pejabat atau orang biasa, tidak soal minum wine di cafe atau minum sopi diteras rumah, kalau virus sudah menyerang segala jenis fu fu (jampi-jampi) juga tidak mempan.
Kesadaran masyarakat semakin baik untuk menjaga kesehatan dan menerapkan protocol kesehatan dalam keseharian. Kesadaran semakin masif bahwa yang bisa membantu untuk terhindar dari virus adalah disiplin diri dan makan makanan yang bergizi; karena makan puji terbukti tidak membantu.
Patuhi protokol kesehatan dengan 5M; mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan membatasi mobilitas. Dalam konteks NTT, disederhanakan dengan tidak berkumpul dan berpesta; bahagia bisa didapat dengan cara sederhana.
Banyak kegiatan yang bisa dilakukan didalam rumah bersama keluarga untuk meningkatkan imun tubuh tanpa harus berkumpul. Cinta di dalam rumah adalah penangkal virus paling paten yang bahkan tidak membutuhkan penelitian untuk membuktikannya.
Pandemi (atau endemi) hari ini
Puncak kepanikan dan ketakutan terjadi pada pertengahan 2021. Virus menyebar dengan kecepatan cahaya (gaya hiperbola ala timur), semakin banyak yang terinfeksi bahkan meninggal kala itu. Tempat-tempat karantina penuh sesak, suara ambuans meraung sangat sering; suasana mencekam dan semua orang ketakutan. Cerita tentang perpisahan yang dibatasi protocol covid adalah yang paling banyak menguras air mata. Banyak pertemuan terakhir yang terjadi di pintu ruangan isolasi, karena setelahnya protokol Covid menghalangi pernyataan cinta secara langsung saat kematian datang. Prosesi pemakaman adalah yang paling menyakitkan; tanpa ritual adat dan agama, doa dan cinta dikirimkan dari jauh. Perpisahan akibat kematian selalu menyakitkan dan ketika Covid ikut ambil bagian, rasa sakitnya berkali lipat.
Layaknya kurva yang telah mencapai titik puncak, semuanya melandai kembali. Puncak ketakutan dan kepanikan akan covid terjadi di bulan Juni 2021 dengan banyaknya jumlah orang yang terpapar dan kematian orag-orang terdekat yang terjadi hampir setiap hari. Sisa-sisa ketakutan masih berlangsung sampai dengan September 2021. Setelahnya rasa bosan dan jenuh mulai melanda. Protokol kesehatan mulai longgar diterapkan; masker masih dipakai tetapi lebih sering sebagai bagian dari outfit atau dipakai di dagu alih-alih menutupi mulut dan hidung. Jaga jarak menjadi sulit dilakukan apalagi untuk mereka yang semakin menarik setelah jadi mantan hehehe. Menghindari kerumunan juga sama sulitnya karena naluri untuk ngobrol (biar waras) ramai-ramai dan berpesta sulit sekali dibendung. Data tentang kematian dan jumlah yang terpapar Coid juga gaungnya semakin kecil terdengar, kalah pamor dengan kehidupan mewah para crazy rich yang bikin sirik. Kewaspadaan semakain menurun dan semua seolah kemballi normal.
Awal 2022, cerita dan berita tentang varian Omicron mulai terdengar. Bedanya, Omicron ini tidak semenakutkan varian Delta yang menyebabkan kelangkaan tabung oksigen itu. Cerita tentang varian Omicron malah dijadikan bahan guyonan; bahwa ini adalah keluarga besar Megatron yang sekeluarga hobinya nonton sinetron Indonesia (makanya tidak selesai-selesai dengan scenario yang buruk dan sangat menyebalkan) dan merk televisi mereka Polytron.
Fakta bahwa ada kematian karena Omicron tidak sehoror cerita dari Juni 2021, apalagi kenyataan bahwa sebagian besar populasi sudah divaksin.
Berdasarkan data dari dashboard vaksin.kemkes.go.id per tanggal 13 Maret 2022, 80 per 100 penduduk Indonesia sudah mendapatkan vaksin dosis 1 dan 72.70% sudah mendapatkan vaksin dosis 2 dari target penduduk yang divaksin 208.265.720 jiwa.
Untuk NTT per tanggal 13 Maret 2022; vaksin dosis 1 sudah menjangkau 87.27%, dosis 2 sudah mencakup 57.25% dari total sasaran vaksin.
Data-data ini sudah cukup melegakan, harapan melambung tinggi untuk dapat hidup normal dan berdampingan dengan Covid-19 bersama semua keturunannya (baca:varian).
Harapan bahwa kita harus berdamai dengan Covid-19 semakin menguat setelah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) sekaligus Koordinator PPKM Jawa-Bali, (Opung) Luhut Binsar Pandjaitan menghapuskan syarat tes antigen atau PCR untuk pelaku perjalanan domestik. Dalam konferensi pers Evaluasi PPKM yang ditayangkan dalam YouTube Sekretariat Presiden, Senin (7/3/2022), Opung bilang bahwa pelaku perjalanan tidak diwajibkan menunjukkan hasil tes PCR atau antigen apabila sudah mendapatkan dua kali dosis vaksin Covid-19. Adapun alasan kebijakan tersebut diambil adalah bahwa pemerintah melihat situasi pandemi Covid-19 di Indonesia yang terus mengalami perbaikan. Aturan ini berlaku sejak tanggal 8 Maret 2022 dan akan ditinjau kembali, yang artinya bisa saja berubah jika dipandang perlu.
Duhhhhh ini berasa seperti balikan sama mantan setelah babak belur hati dan perasaan, walau tentu saja tetap menyenangkan. Baiklah….. syarat dan ketentuan yang berlaku memang tetap bikin was-was, sama juga dengan balikan sama mantan. Kita bersama lagi tetapi luka yang kemarin akan selalu bisa jadi alasan “semuanya dipikirkan kembali.”
Eaaa…….
Salam dari Borong