Mungkin karena faktor usia, lingkungan, rasa bosan, malas atau memang karena pada dasarnya otak saya tidak terlalu mampu menganalisa topik-topik berat, maka saya memilih omong bagian yang enak-enak, ringan-ringan dan dekat dengan sehari-hari. Seenteng nonton opera sabun lah. Hari ini inspirasinya datang dari anak-anakku dan salah satu pertanyaan yang sering mereka tanyakan, “Sarapan di mana hari ini?” Setiap kali suamiku pulang bepergian dari pulau lain atau dari negara lain pertanyaan mereka juga adalah, “Di sana Papa Leo makan apa?” Kumpulan omong-omong dan pertanyaan tentang sarapan ini yang kemudian melahirkan tulisan ini.
Terbawa oleh kebiasaan sebagai seorang guru, saya memulai dengan pengantar teoritis. Selera adalah soal kebiasaan, maka cita rasa makanan erat terkait dengan apa yang ada disebuah komunitas. Sumber alam apa yang ada, gaya hidup, iklim dan sebagainya. Secara umum Indonesia memiliki banyak sawah, kelapa dan rempah; tidak heran makanannya seputar nasi, santan dengan rempah-rempah kental. Lebih spesifik, orang Indonesia yang tinggal di pesisir makanan khasnya berbahan dasar makanan dari laut dan tanaman yang tumbuh di sekitar pantai. Daerah yang banyak menanam jagung dan ketela mengolah makanannya dari kedua bahan pangan tersebut.
Sekarang tentang sarapan pagi.
Mari kita omong-omong tentang makan pagi atau sarapan pagi atau breakfast atau lompong gula atau apalah sebutannya untuk kegiatan mengisi perut di awal hari. Apa bedanya sarapan dengan makan? Kenapa tidak disebut makan pagi? Sudut pandang asal-asalan–ku memperkirakan mungkin karena sarapan makanannya tidak seberat dan sebanyak makan siang atau malam. Namun sisi lain pengalamanku sendiri membantah karena di beberapa komunitas, isi perut di pagi hari justru jumlah dan jenisnya sangat banyak sampe tak perlu makan siang. Tetapi kita masing-masing mungkin punya versi sendiri soal porsi makan ini. Hehehe.
Waktu saya masih kecil hingga remaja tahun 1990-an bagi masyarakat umum di daerah ‘miskin’ seperti Flores, beras tergolong mahal dan harus dihemat. Beruntung masih banyak bahan pangan nonberas meskipun saat itu pemerintah gencar mengkampanyekan nasi sebagai makanan pokok Indonesia (tidak peduli Indonesia di bagian mana), sehingga secara psikologis makan makanan non beras dianggap ‘kurang sejahtera’, kurang Indonesia. Begitulah. Makan pagi kami sesekali adalah nasi goreng: nasi sisa malam sebelumnya digoreng dengan minyak bekas menggoreng ikan asin dan diberi daun kucai pengganti bawang. Nasi yang bagus untuk dijadikan nasi goreng adalah nasi dengan kualitas beras biasa atau yg kurang bagus. Bulir-bulir nasi yang terlepas-lepas lebih mudah digoreng dibandingkan nasi pulen dari beras bagus yang lengket.
Sangat sering kami makan bose: jagung yang melalui proses rendaman dimasak bersama kacang-kacangan dan diberi santan kental. Proses memasak bose cukup lama bahkan kadang sudah harus direbus sejak malam sebelumnya. Tidak jarang kami makan singkong rebus atau jagung muda rebus jika sedang musim. Kalau nginap di rumah nenek, kami makan rakap: roti yang berbahan tepung koil (gaplek) diberi gula merah dan dimatangkan diwajan tanpa minyak. Nenek dan orang tua kami (sama seperti orang tua kebanyakan di Manggarai) membuat gaplek saat panen singkong. Singkong diiris-iris tipis memanjang dan dijempur lalu disimpan dalam karung-karung untuk cadangan makanan terutama saat paceklik. Koil direbus untuk makan pagi. Kadang-kadang direndam sampai hitam dan dimasak (di Yogya makanan yang mirip seperti ini dikenal dengan ‘gathhhott’).
Sarapan pagi tradisional lainnya adalah rani (semacam sereal garing dibuat dari padi muda, disangrai dan ditumbuk hingga gepeng dalam keadaan panas). Jaman dulu kami sering ke kampung Bapak dari Manggarai Timur dan makan rani yang dicampur dengan kacang tanah sangrai. Rani ini makanan tahan lama disimpan dalam luni (kantung/tas terbuat dari tikar pandan dan dipakai untuk menyimpan makanan terutama nasi yang hendak dibawa ke kebun). Temannya rani adalah rebok; makanan kering mirip sagon diolah dari tepung jagung atau beras, kadang diberi parutan gula aren
Yang tidak boleh tidak ada alias wajib ada dalam sarapan orang Manggarai Flores adalah kopi hitam kental. Coba tanyakan : bagaimana rasanya sarapan tanpa kopi? Jawaban paling umumnya adalah: pagi tanpa kopi adalah beti sa’i (sakit kepala). Yang disebut kopi bagi orang Manggarai bukanlah kopi pabrikan yang encer atau bercampur susu atau yang berwarna putih. Kopi adalah minuman berwarna hitam pekat, diolah secara tradisional (disangrai kadang dengan sedikit jahe di atas tungku kayu) lalu ditumbuk atau digiling (lebih disukai yang ditumbuk). Di Manggarai bagian timur orang-orang menyukai kopi pahit sedangkan di Manggarai bagian lain kopi diberi gula.
Sarapan di Indonesia
Waktu kuliah di Yogya, menu makan pagi sangat tergantung pada kantong. Paling mudah murah adalah mi instan. Lainnya adalah nasi kucing seharga Rp 1000 atau 2000,-. Saya paling doyan makan bubur pakai gudeg (sayur nangka dimasak manis khas Yogya), pake ayam suwir dan krecek (krupuk kulit kerbau). Dibanyak tempat lain sarapan paginya nyaris seragam; nasi goreng telur, bubur, nasi kuning kering tempe. Ada juga sarapan ubi atau ketela rebus dan macam-macam jajanan pasar tetapi perut biasanya masih mencari produk nasi-nasian. Hehe
Di Banjarnegara tempat saya KKN (di sebuah desa bernama Kasmaran), makanan pokoknya nasi jagung. Bukan nasi yang dicampur jagung, tetapi jagung digiling sehalus beras dimasak seperti nasi dan makannya ditemani sayur dan lauk. Sebagai orang Indonesia Timur yang identik dengan ‘makan jagung’ saya suka makanan pokok Banjarnegara ini. Untuk kami di Manggarai Flores, beras dimasak bersama jagung giling itu biasa. Rasanya khas dan lidah saya sih menyukainya. Zaman sekarang banyak orang lari ke-nasi jagung ini gara-gara takut atau sudah kena penyakit diabetes. Kalau dulu kami makan nasi jagung karena wajib menghemat beras. Kembali ke Banjarnegara, hal lain yang saya sukai dan jarang saya temui di Yogyakarta adalah makan sayur daun bayung (daun kacang panjang) dan sayur daun labu kuning.
Sampai pada masa keluarga kami doyan traveling, pengalaman kami seputar makan terutama sarapan pagi pun makin bervariasi. Jika berlibur di Bali sarapan kesukaanku adalah roti bakar pakai bacon dengan banyak mentega dan telur setengah matang. Taburan merica yang banyak juga kesukaanku. Anak-anakku memilih nasi goreng dan jus. Suamiku suka roti pakai butter tanpa telur.
Saat liburan di Batu Malang kami semua sangat dimanjakan dengan masakan Indonesia yang sangat enak. Sarapannya macam-macam dan kami makan jauh melebihi porsi secukupnya. Buah-buahan, rujak-rujakan, segala jenis bubur, ceker ayam yang diolah macam-macam. Sayur pecel dan sup jamur bikin lidah bergoyang-goyang. Nasi goreng ikan asin, jajanan pasar, dan berjenis-jenis kerupuk dan keripik semuanya sangat enak. Wow #akusayangindonesia.
Di Jakarta so pasti mudah bertemu nasi uduk; beras dimasak bersama rempah dan santan. Dihidangkan pakai sedikit bihun, telur rebus dan kering tempe. Pilihan lain di Jakarta dan kota-kota besar adalah bubur sum sum (bubur dengan tekstur sangat halus dan manis; mirip tekstur jus kental) dan saya tak suka. Tapi setelah saya mulai dengan menjilat, menyuap seujung sendok, setengah sendok hingga berlanjut ke-sesendok penuh sekali suap, akhirnya saya jadi suka juga. Konon bubur sumsum baik untuk orang yang baru pulih dari sakit atau yang sedang kelelahan. Sarapan sereal dan susu juga enak tapi untuk perut saya sarapan ini hanya bertahan sebagai snack itupun saat saya berada di rumah.
Suamiku cerita tentang sarapan di Pulau Samosir, sarapan di Tanjung Puting Kalimantan, pedalaman Dayak dan juga di Padang dan Mentawai. Di Batak ada makanan bernama Mi Gomak : mi berukuran lebar seperti spaghetti dimasak dengan kuah kuning dari aneka rempah dan kacang. Ada juga saksang babi; daging babi plus darah babi yang dimasak dengan rempah pedas dan dimakan dengan nasi putih (teman-teman muslim jelas haram mencicipi menu yang satu ini). Di tepi Danau Toba dan di Pulau Samosir jangan sungkan mencoba arsik ikan mas; ikan mas yang masih bersisik dilumuri bumbu pedas dan dimasak, diimakan dengan nasi dan sambal. Jajanan yang sering dijadikan sarapan pagi di Samosir antara lain kue lappet (mirip putu) dan kue gadong (mirip onde-onde).
Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) yang terkenal dengan orang utannya ada di Kalimantan Tengah. Suamiku sering ke sana. Kadang makan dan tidur di kapal selama menelusuri sungai-sungai Kalimantan. Terbit air liurku saat suami bercerita tentang ikan belida yang dimakan dengan ubi dan dimasak di atas kapal. Pasti enak sekali makan pagi sambil berlayar di sungai. Sebelum masuk atau sepulangnya dari TNTP suamiku selalu berada di kota Pangkalan Bun Kabupaten Kotawaringin Barat Kalimantan Tengah, maka selalu ada cerita tentang makanan khasnya. Yang sangat populer dan unik adalah Soto Manggala; soto yang isinya ceker ayam, telur rebus, bihun dan singkong rebus (mungkin sebagai pengganti nasi atau lontong). Dihidangkan dengan seledri dan bawang goreng. Bumbu kuah beraroma kayu manis yang bercampur bumbu termasuk bawang bombai. Penasaran ? Yukkkk ke Pangkalan Bun.
Masih di Pulau Kalimantan, tetapi berbelok ke selatan. Kata suamiku, Kalimantan Selatan memiliki banyak sekali varian makanan. Ada soto banjar, lontong orari berbentuk segitiga, ikan samu (ikan yang diasinkan dengan garam dan bumbu) dan nasi lamang (nasi yang dimasak dalam bamboo seperti kolo di Reo–Manggarai–Flores).
Itu hanya beberapa dari keragaman sarapan di Indonesia. Jika berkeliling se-Indonesia, maka catatannya akan berjilid-jilid. Kesimpulan sementara Indonesia kaya banget. Sarapan paginya seru, enak, dan sangat enak.
Sekarang kita nyebrang cari sarapan ke negara orang.
Cerita tentang sarapan pagi di negara lain saya kumpulkan dari pengalaman suami saya, cerita teman-teman yang sering atau tinggal di luar negeri dan sedikit pengalaman pribadi.
Teman saya bilang sarapan di Inggris seperti halnya di negara-negara tetangganya di Eropa selalu menjadikan roti dan daging sebagai makanan inti. Roti dipanggang dengan lemak daging atau margarin, dimakan bersama daging asap atau sosis. Khas Inggrisnya adalah tambahan kacang komplit dengan saos dan diberi beberapa jenis rempah kering. Dua kali ke Jerman dengan waktu tinggal semingguan sekali pergi, saya jadi agak hapal dengan sarapan pagi. Potongan apel segar (kadang dalam bentuk pie), kiwi, berry atau apricot kering plus jus menjadi kesukaan saya. Saya memulai sarapan dengan makan banyak buah dan jus yang bukan khas Indonesia atau yang harganya mahal di Indonesia.
Untuk sementara pisang dan papaya saya abaikan dulu (di kampung saya cukup banyak). Saya suka yoghurtnya yang enak dilidah saya seenak macam-macam sereal, ada Tanya koq beda dengan sereal yang saya makan di Indonesia ya? Roti panggang dan macam-macam roti gandum sudah pasti ada. Dalam jumlah banyak saya menghabiskan sosis dan daging asap termasuk aneka jenis keju (entah apa namanya). Enak sekali. Lebih lama saya tinggal pasti berat badan bertambah banyak.
Mungkin karena belum terbiasa atau belum tau banyak, saya belum sangat antusias dengan roti croissant di Paris dan Lourdes, dua kota yang saya kunjungi. Mungkin karena rasa manis untuk makanan pagi hari belum familiar untuk lidah saya. Tapi saya suka serealnya. Jeruk yang sangat enak saya nikmati di Paris. Katanya itu jeruk impor dari Israel. Ooooooow…….
Bulan Maret lalu saya dan suami jalan-jalan ke Portugal dan Italia. Suami saya terkesan dengan daging domba panggang di pedesaan Portugal, dekat kota Fatima. Daging domba panggang ini dihidangnkan bersama nasi dan sejenis sayur sawi pahit. Saya tak terlalu tertarik dengan nasi di Portugal. Bulir nasinya terlepas-lepas (tidak pulen), dimasak seperti nasi uduk. Tapi daging panggangnya memang enak, apalagi pakai wine (sarapan pagi pakai wine?). Di hotel kota Lisbon dan di Fatima saya menghabiskan banyak yoghurt.
Kami menginap di Marino Hotel Lisboa (Lisbon). Hotelnya ramping. Kecil tapi tinggi. Sarapannya di rooftop. Ada macam-macam roti; croissant coklat, roti gandum, roti bulat, roti manis, roti tawar. Jus apel dan jus jeruk dan juga yoghurt. Buah anggur jadi favorit saya. Di kota Fatima sarapan juga mirip tetapi ada tambahan sosis dan daging asap meskipun tidak melimpah seperti di Berlin.
Konon Italia adalah surganya makanan enak. Sayang kami tidak mendapat pengalaman kuliner seenak khayalan kami. Sarapan hotel hanya dikasih biscuit cracker, teh dan kopi. Sarapan di resto samping hotel, persis depan Vatican, juga rasanya biasa saja. Sempat makan pizza dan spaghetti namun rasanya tak jauh beda dengan yang saya makan di resto Indonesia. Sempat makan malam enak: kentang daging dan anggur tetapi belum dapat yang sangat spesial. Mungkin belum sempat tahu tempat yang enak. Kami malah sempat makan kenyang di resto all you can eat makanan asia. Saya mencicipi sarapan (konon dari Italy) di restoran tepi pantai Lakey Peak Hu’u Sumbawa yang disebut nachos. Saya suka rasanya, enak sekali.
Kembali ke pengalaman suamiku di Swiss. Untuk sarapan pagi orang swiss makan sesuatu bernama Birchermuesli, semacam sereal gandum mentah ditambah biji-bijian atau buah kering, dikasi susu atau yogurt. Pengalaman ke kota Krakow Polandia, suamiku bilang makanan di rumah temannya enak. Ditanya nama makanannya, lupa katanya. Yang pasti sarapannya masih seputar roti, keju, daging, sayuran segar, telur rebus dan jus buah. Tentang makanan Norwegia, suamiku hanya sebut tentang ikan cod dan ikan laut utara yang diasapkan. Katanya enak. Tentang sarapan di Belanda, singkat diceritakan tentang roti mentega dan susu. Mungkin ada yang lain tetapi suamiku tak tahu namanya.
Saya tidak tahu tentang Jepang tetapi saya ingin tahu karena pingin ke sana. Teman saya ke Jepang dan posting macam-macam makanan Jepang. Sarapan pagi tradisional berupa nasi atau bubur, seafood, acar-acaran dan makanan fermentasi. Saya mencoba makanan Jepang justru di kota Berlin. Untuk sementara perut saya agak berontak waktu saya menelan udang mentah.
Tentu masih banyak cerita tentang sarapan pagi di tempat-tempat lain di Indonesia atau belahan dunia yang lain. Yukkk berbagi cerita tentang sarapan di komunitasnya masing-masing.
Terima kasih untuk tulisan dan cerita tentang sarapannya untuk lejeany k Lila Djehaun. The point is, jangan lupa sarapan dengan nasi atau lainnya yang mengandung protein dan karbohidrat. Kenyang itu yang penting. Karena sarapan pake pujian apalagi senyuman hanya ada disitkom dan tidak akan mempan mengusir lapar versi perut orang Manggarai. Sarapan penting biar kuat menjalani hari, soal dimana dan sama siapa bisa dikondisikan. Hehehe